- Apakah saya hanya mau melarikan diri dari pekerjaan?
Membenci atau melepaskan pekerjaan yang sudah lama digeluti tidak bisa menjadi patokan bahwa kita mampu mengembangkan usaha sendiri. Menangani semua persoalan di tempat kerja dengan hati-hati tidak akan terlalu traumatik daripada harus memulai usaha sendiri dengan alasan yang salah. - Apakah saya cemas mengenai keuangan?
Membuka usaha sendiri berarti kita tidak akan menerima gaji rutin seperti saat kita bergabung dengan suatu organisasi atau perusahaan. Apakah kita mampu menangani pemasukan keuangan yang tidak pasti? - Apakah keluarga saya mendukung?
Tanpa dukungan keluarga, kita tidak akan bisa berhasil. Menjalani usaha pribadi memiliki lebih banyak tuntutan daripada tuntutan bayi yang baru lahir. Usahakan agar semua anggota keluarga mengerti akan pengorbanan yang harus mereka lakukan. - Apakah yang ingin saya lakukan?
Tidak ada gunanya memulai usaha pribadi bila kita tidak menyukainya. Menciptakan lapangan kerja sendiri harus merupakan kesenangan pribadi. Hanya dengan itu, kita bisa sukses. - Apakah ada tuntutan tertentu terhadap apa yang ingin saya lakukan?
Kita butuh sesuatu yang lebih luas dari sekadar mendapat banyak konsumen. Apakah ada tuntutan-tuntutan tertentu yang terus meningkat pada bidang usaha yang ingin kita geluti? - Bisakah saya melakukannya di tempat saya berada?
Banyak perusahaan senang melakukan diversifikasi. Jangan membangun usaha yang kita impikan sebagai bagian dari perusahaan milik majikan. Negosiasikan bonus-bonus kinerja. - Mampukah saya menantang gelombang?
Kecuali benar-benar beruntung, biasanya kita tidak akan memetik pemasukan apa pun selama tiga hingga enam bulan pertama. Selama itu, malah sangat banyak pengeluaran dan karena itu, belum bisa memetik keuntungan. Menabunglah untuk mengantisipasinya. - Bagaimana dengan pensiun?
Banyak keuntungan tersembunyi bila kita bekerja di organisasi atau perusahaan. Semua itu akan hilang, bila kita membuat keputusan merintis usaha sendiri. - Apakah saya semata-mata berambisi untuk kaya?
Sangat sedikit jumlah usahawan yang benar-benar kaya. Sebagian besar pengusaha berorientasi pada kehidupan yang baik dan bahagia. - Apakah saya sunguh-sungguh memiliki pilihan?
Kadang kita kehilangan pekerjaan dan sangat sulit mendapatkan pekerjaan baru. Bila ini dasar pilihan kita merintis usaha pribadi, melangkahlah dengan hati-hati dan terus membaca uraian selanjutnya mengenai ini.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Bila Ingin Menciptakan Usaha Sendiri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Masukan yang sangat bagus bagi calon wirausahawan Indonesia.
ReplyDeleteIndonesia jauh ketinggalan dalam mengembangkan semangat kewirausahaan di kalangan masyarakatnya. Amerika sudah pada tingkat sekitar 15% rakyatnya menggeluti dunia kewirausahaan, maka Indonesia masih kurang dari 1% dari lebih 230 juta penduduknya. Padahal jiwa kewirausahaan itulah yang diharapkan menjadi motor penggerak roda perekonomian. Indonesia membutuhkan jiwa kewirausahaan yang mandiri, tangguh, terampil dan trengginas.